* Penerima Bantuan Mendapat
’Intimidasi’
PilarRakyat, Madiun
Bantuan peralatan mesin pengaduk gula
merah di Desa Pucanganom, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun mangkrak. Lantaran,
bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Madiun Jawa Timur dua
tahun silam itu disinyalir tidak layak.
Salah seorang penerima bantuan,
Sugito, warga desa setempat mengaku jika mesin bantuan itu hanya digunakan
sekali. Sebab, mesin bantuan tidak sesuai dengan peruntukannya, yakni untuk
memproduksi gula kualitas ekspor dengan kapasitas 150 kilo.
”Sejak tahun 2009, saya cuma pake
satu hari saja. Lha saya khan cuma untuk kebutuhan lokal saja. Kok diberi mesin
sebesar ini,” kata Sugito pelaku usaha kecil gula merah ditemui wartawan belum
lama ini.
Menurutnya, ia kesulitan menggunakan
mesin itu. Karena, agar mesin bisa digunakan, ia terpaksan harus merubah semua
peralatan yang ada sebelumnya. Salah satu diantaranya adalah merubah bahan dan
ukuran wajan yang dia gunakan untuk merebus air tebu.
“Ada sembilan wajan yang harus
dirubah dan menyesuaikan. Jika
awalnya bahan wajan terbuat dari besi, harus dirubah dengan bahan stainles. Sedang
untuk merubah itu, saya terkendala biaya,” ujarnya.
Meski sudah mendapatkan bantuan,
pihaknya juga mengaku sangat kecewa atas pemberian bantuan itu. Sebab, sejarahnya hingga bisa
mendapatkan bantuan, pria berusia 44 tahun ini mengaku tidak faham, karena
sebelumnya tidak pernah diajak bicara.
“Nggak tahu bagaimana ceritanya,
tahu-tahu oleh Pak Farid Dinas Indag dikirimi alat ini. Lewat Pak Agus
juga pengusaha gula merah dari Desa Tambak Mas. Punya Pak Agus juga mangkrak
sama seperti punya saya. Berapa harganya, saya juga nggak tahu,” ujarnya.
Terbongkarnya kasus bantuan mesin
mangkrak, Sugito pihak penerima bantuan, belum lama ini justru mendapatkan
intimidasi diduga dari oknum. Bentuknya,
oknum tak dikenal itu meminta Sugito agar mengatakan jika mesin tidak ada
masalah. “Saya disuruh mengatakan, mesin tidak apa-apa. Padahal khan
memang muspro,” ujarnya .
Pantauan dilapangan, bantuan mesin
itu ditempatkan dalam bangunan khusus di belakang rumah Sugito. Selain mesin
adukan, juga dilengkapi dengan generator 24 PK dan sejumlah peralatan lain.
Tidak ada yang mengoperasikan, bahkan
keberadaannya justru malah membuat repot sejumlah pekerja. Pasalnya, dengan
ukuran yang terlalu besar, mesin tersebut terlalu makan tempat. “Pada awal-awal
saja dioperasikan, tapi sekarang kondisinya mangkrak seperti ini,”
pungkasnya.
Sementara itu, pihak yang berkompeten
memberikan keterangan atas masalah tersebut hingga berita ini diturunkan belum
memberikan klarifikasi. (tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar